Wacana berita dan analisis tentang korupsi dan koruptor sering memojokkan dan menyalahkan para koruptor. Padahal, adalah kenyataan bahwa di Indonesia melakukan korupsi itu mudah. Melakukan korupsi juga sangat dimungkinkan oleh sistem birokrasi yang lemah. Selain itu, korupsi secara relatif biasanya dilakukan secara bersama, tahu sama tahu.
Tidak
heran jika Indonesia memiliki prestasi tinggi soal korupsi. Indonesia memasuki
lima besar negara paling korup di dunia. Hampir dapat dipastikan bahwa korupsi
memberikan konstribusi penting terhadap kemiskinan dan kesengsaraan rakyat Indonesia.
Hampir semua cara mengatasi kemiskinan tidak ada gunanya kalau korupsi tidak
bisa diberantas.
Dapat
dipastikan korupsi itu salah dan merugikan negara, tetapi lebih-lebih merugikan
rakyat. Itulah sebabnya, di mana pun, kapan pun, korupsi harus dibumihanguskan,
dimusuhi, dilawan, dan dijauhi. Pemojokan kepada koruptor dapat dimaklumi.
Tetapi
kita tahu, bahwa korupsi tidak bisa diberantas jika hanya dimusuhi dan
dicaci-maki. Ketika dicela dan dihujat, para koruptor akan melawan dalam
berbagai cara justru karena ia telah mendapat hukuman hujatan dan caci-maki.
Karena merasa diserang dan dimusuhi, secara alamiah para koruptor akan membela
dirinya.
Bantulah Para Koruptor
Tentu
dalam berbagai cara pula, kita perlu mengubah strategi dan cara bagaimana
mengurangi atau paling tidak sedikit menekan terjadinya korupsi. Salah satu
cara yang bisa ditawarkan adalah bahwa bantulah para koruptor. Kita perlu
menolong para koruptor untuk beberapa hal.
Bantulah
koruptor dengan cara tidak dicaci-maki dan dihujat sehingga mereka tidak merasa
mendapat hukuman dan sanksi secara sosial dan moral. Dengan cara itu, tidak ada
alasan bagi para koruptor untuk telah merasa mendapat hukuman. Tidak ada alasan
bagi para koruptor untuk melihat atau menempatkan masyarakat sebagai musuhnya.
Bantulah
para koruptor dengan cara melindunginya dari berbagai tekanan dan teror. Kita
tahu bahwa banyak koruptor justru tidak bisa membuka mulutnya karena ada
kekuatan lain yang mengancamnya jika mereka buka mulut. Bantuan kepada koruptor
diperlukan agar mereka merasa kuat dan mendapat dukungan untuk mengungkap bahwa
korupsinya bukan dilakukan seorang diri, tetapi karena mendapat dukungan secara
sistemik atau karena ada yang mendalanginya.
Bantulah
para koruptor dari godaan para penegak hukum yang korup. Kita tahu bahwa para
koruptor itu biasanya menjadi “ATM” para pengacara, polisi, jaksa, hakim, dan
sebagainya. Jika masyarakat kompak melindungi para koruptor dari para penegak
hukum yang korup, maka mereka telah mendapat kekuatan yang signifikan untuk
berani melawan para maling resmi tersebut.
Bantulah
para koruptor dengan memberi jaminan bahwa jika mereka mau mengembalikan harta
korupsinya, jika ia mau membuka kedok jaringan kejahatan korupsinya, maka
mereka tidak akan dimusuhi dan bisa kembali menjadi warga biasa secara
baik-baik.
Bantulah
para koruptor, sayangi mereka, dukung mereka, agar berani berkata dan berbuat
jujur. Hal ini penting agar mereka mendapat kekuatan moral untuk memusuhi
dirinya sendiri yang telah bersalah, dan memiliki kekuatan untuk membuktikan
kesalahan atau kebenaran.
Menegakkan Kepercayaan
Ada
banyak hal yang hilang dalam diri masyarakat Indonesia. Salah satu hal yang
hilang itu, dan sekaligus paling parah, adalah kepercayaan terhadap sesama. Apa
sebab hal itu hilang, dan apa implikasinya?
Penyebab
hilangnya kepercayaan di Indonesia adalah bahwa secara historis kita
dicontohkan oleh para pemimpin untuk terlalu mudah dan banyak berjanji, tetapi
sangat sedikit bukti kebenaran dari janji tersebut. Kita diminta saling
menolong dan membantu, tetapi terbukti kalau ada masalah, kita memperjuangkan
nasib kita sendiri-sendiri.
Kita
tahu sama tahu bahwa begitu banyak kebusukan di antara kita. Contoh kecil para
pelajar yang nyontek, para mahasiswa yang buat paper dengan cara copy paste, dan sebagainya. Dan kita
merupakan aktor yang terlibat dalam permainan tersebut. Mereka yang jujur akan
kalah dan tidak bisa bersaing. Orang Jawa bilang, jujur ajur, atau jujur kujur.
Singkat
kata, kita menjadi tidak (mudah) percaya kepada siapapun, bahkan mungkin kepada
diri sendiri. Sebagai implikasinya, kita tidak (mudah) percaya apakah kita bisa
membangun kehidupan menjadi lebih baik. Kita tidak percaya terhadap masa depan.
Untuk meyelamatkan diri sendiri terhadap ketidakpercayaan masa depan, kita perlu
“nabung” sebanyak-banyaknya. Hal paling mudah menabung itu adalah dengan cara
korupsi.
Satu
hal yang paling mendesak untuk diperbaiki adalah rasa percaya terhadap sesama
dan kepercayaan terhadap masa depan yang lebih baik. Kepercayaan bisa dibangun
dengan mengubah paradigma berwacana. Jika kita suka mencela dan menghujat,
mungkin perlu belajar lebih banyak memuji dan berterimakasih. Menurut sebuah
riset, sebagai bangsa yang katanya ramah, kita termasuk bangsa yang pelit
berterimakasih dan memuji.
Karena
tidak percaya, kita sering melihat orang lain sebagai saingan atau musuh. Untuk
melawan itu, mungkin pada awalnya kita perlu mempersiapkan diri menjadi martir.
Perubahan sosial dan budaya memang membutuhkan martir-martir. Kita harus percaya
terhadap perubahan positif, dan percaya bahwa martir itu indah. Hidup ini cuma
sekali, tetapi harus berarti. ***
Aprinus Salam, dosen Pasca
Sarjana FIB UGM, Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar