Jumat, 25 Mei 2012

BANTULAH PARA KORUPTOR


            Wacana berita dan analisis tentang korupsi dan koruptor sering memojokkan dan menyalahkan para koruptor. Padahal, adalah kenyataan bahwa di Indonesia melakukan korupsi itu mudah. Melakukan korupsi juga sangat dimungkinkan oleh sistem birokrasi yang lemah. Selain itu, korupsi secara relatif biasanya dilakukan secara bersama, tahu sama tahu.
Tidak heran jika Indonesia memiliki prestasi tinggi soal korupsi. Indonesia memasuki lima besar negara paling korup di dunia. Hampir dapat dipastikan bahwa korupsi memberikan konstribusi penting terhadap kemiskinan dan kesengsaraan rakyat Indonesia. Hampir semua cara mengatasi kemiskinan tidak ada gunanya kalau korupsi tidak bisa diberantas.
Dapat dipastikan korupsi itu salah dan merugikan negara, tetapi lebih-lebih merugikan rakyat. Itulah sebabnya, di mana pun, kapan pun, korupsi harus dibumihanguskan, dimusuhi, dilawan, dan dijauhi. Pemojokan kepada koruptor dapat dimaklumi.
Tetapi kita tahu, bahwa korupsi tidak bisa diberantas jika hanya dimusuhi dan dicaci-maki. Ketika dicela dan dihujat, para koruptor akan melawan dalam berbagai cara justru karena ia telah mendapat hukuman hujatan dan caci-maki. Karena merasa diserang dan dimusuhi, secara alamiah para koruptor akan membela dirinya.

Bantulah Para Koruptor
Tentu dalam berbagai cara pula, kita perlu mengubah strategi dan cara bagaimana mengurangi atau paling tidak sedikit menekan terjadinya korupsi. Salah satu cara yang bisa ditawarkan adalah bahwa bantulah para koruptor. Kita perlu menolong para koruptor untuk beberapa hal.
Bantulah koruptor dengan cara tidak dicaci-maki dan dihujat sehingga mereka tidak merasa mendapat hukuman dan sanksi secara sosial dan moral. Dengan cara itu, tidak ada alasan bagi para koruptor untuk telah merasa mendapat hukuman. Tidak ada alasan bagi para koruptor untuk melihat atau menempatkan masyarakat sebagai musuhnya.
Bantulah para koruptor dengan cara melindunginya dari berbagai tekanan dan teror. Kita tahu bahwa banyak koruptor justru tidak bisa membuka mulutnya karena ada kekuatan lain yang mengancamnya jika mereka buka mulut. Bantuan kepada koruptor diperlukan agar mereka merasa kuat dan mendapat dukungan untuk mengungkap bahwa korupsinya bukan dilakukan seorang diri, tetapi karena mendapat dukungan secara sistemik atau karena ada yang mendalanginya.
Bantulah para koruptor dari godaan para penegak hukum yang korup. Kita tahu bahwa para koruptor itu biasanya menjadi “ATM” para pengacara, polisi, jaksa, hakim, dan sebagainya. Jika masyarakat kompak melindungi para koruptor dari para penegak hukum yang korup, maka mereka telah mendapat kekuatan yang signifikan untuk berani melawan para maling resmi tersebut.
Bantulah para koruptor dengan memberi jaminan bahwa jika mereka mau mengembalikan harta korupsinya, jika ia mau membuka kedok jaringan kejahatan korupsinya, maka mereka tidak akan dimusuhi dan bisa kembali menjadi warga biasa secara baik-baik.
Bantulah para koruptor, sayangi mereka, dukung mereka, agar berani berkata dan berbuat jujur. Hal ini penting agar mereka mendapat kekuatan moral untuk memusuhi dirinya sendiri yang telah bersalah, dan memiliki kekuatan untuk membuktikan kesalahan atau kebenaran.

Menegakkan Kepercayaan
Ada banyak hal yang hilang dalam diri masyarakat Indonesia. Salah satu hal yang hilang itu, dan sekaligus paling parah, adalah kepercayaan terhadap sesama. Apa sebab hal itu hilang, dan apa implikasinya?
Penyebab hilangnya kepercayaan di Indonesia adalah bahwa secara historis kita dicontohkan oleh para pemimpin untuk terlalu mudah dan banyak berjanji, tetapi sangat sedikit bukti kebenaran dari janji tersebut. Kita diminta saling menolong dan membantu, tetapi terbukti kalau ada masalah, kita memperjuangkan nasib kita sendiri-sendiri.
Kita tahu sama tahu bahwa begitu banyak kebusukan di antara kita. Contoh kecil para pelajar yang nyontek, para mahasiswa yang buat paper dengan cara copy paste, dan sebagainya. Dan kita merupakan aktor yang terlibat dalam permainan tersebut. Mereka yang jujur akan kalah dan tidak bisa bersaing. Orang Jawa bilang, jujur ajur, atau jujur kujur.
Singkat kata, kita menjadi tidak (mudah) percaya kepada siapapun, bahkan mungkin kepada diri sendiri. Sebagai implikasinya, kita tidak (mudah) percaya apakah kita bisa membangun kehidupan menjadi lebih baik. Kita tidak percaya terhadap masa depan. Untuk meyelamatkan diri sendiri terhadap ketidakpercayaan masa depan, kita perlu “nabung” sebanyak-banyaknya. Hal paling mudah menabung itu adalah dengan cara korupsi.
Satu hal yang paling mendesak untuk diperbaiki adalah rasa percaya terhadap sesama dan kepercayaan terhadap masa depan yang lebih baik. Kepercayaan bisa dibangun dengan mengubah paradigma berwacana. Jika kita suka mencela dan menghujat, mungkin perlu belajar lebih banyak memuji dan berterimakasih. Menurut sebuah riset, sebagai bangsa yang katanya ramah, kita termasuk bangsa yang pelit berterimakasih dan memuji.
Karena tidak percaya, kita sering melihat orang lain sebagai saingan atau musuh. Untuk melawan itu, mungkin pada awalnya kita perlu mempersiapkan diri menjadi martir. Perubahan sosial dan budaya memang membutuhkan martir-martir. Kita harus percaya terhadap perubahan positif, dan percaya bahwa martir itu indah. Hidup ini cuma sekali, tetapi harus berarti. ***

Aprinus Salam, dosen Pasca Sarjana FIB UGM, Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar