Pada dasarnya aspek kriminalitas itu ada dua, yaitu kriminalitas terbuka dan yang tertutup. Ada semacam anekdot dalam diskursus kriminologi, bahwa sebetulnya teori-teori yang dikembangkan dalam kriminologi itu tidak cukup canggih. Hal tersebut terjadi karena data kejahatan yang dijadikan bahan kajian adalah bentuk kejahatan yang juga tidak begitu canggih (Bdk. Stephan Hurwitz, 1986).
Mengapa dikatakan sebagai kejahatan yang kurang canggih?
Karena seandainya kejahatan itu canggih, maka kejahatan itu justru
terselubung, tidak diketahui, tidak terdeteksi, atau minimal kejahatan yang
tidak dilaporkan. Itu artinya, sejauh ini berbagai kejahatan yang dikaji adalah
kejahatan yang terpantau, dapat diketahui, yang tertangkap, yang tidak canggih.
Yang tidak diketahui tentu saja sulit untuk dikaji, walau mungkin saja masih
tetap dapat diperhitungkan. Itupun hanya dengan berbagai perkiraan dan
prasangka.
Bagian ini mencoba mempersoalkan sampai sejauh mana
sesungguhnya kejahatan terselubung itu berdampak serius bagi masyarakat,
bahkan bila dibanding kejahatan terbuka sekalipun.
* * *
Seperti diketahui, ada beberapa bentuk kejahatan
terselubung. Pertama, kejahatan itu pada umumnya tidak dilaporkan kepada pihak
berwenang. Apakah karena jika dilaporkan justru tidak menyelesaikan masalah,
urusan menjadi berbelit-belit, atau justru mendatangkan aib yang lebih besar.
Sebagai contoh kriminalitas seksual, atau katakanlah korban perkosaan.
Kedua, kejahatan sosial sebagai implikasi dari struktur dan
birokrasi sosial budaya itu sendiri. Sebagai contoh, apakah itu korupsi waktu,
uang (kuitansi asli tapi palsu, tahu sama tahu), beberapa aspek yang kita kenal
sebagai ma lima,
yang sejauh ini karena sudah menjadi semacam tradisi, maka bahkan kita sering
lupa kalau prilaku itu sesungguhnya adalah kejahatan. Karenanya sama sekali
hampir tanpa kontrol dan selalu mampu menyembunyikan dirinya.
Ketiga, yang hanya dapat diketahui bahwa ada kejahatan di
mana saja dan kapan saja, tetapi sulit mempersoalkannya. Seperti halnya
kejahatan pertama, sebagai contoh atasan menindas bawahan, adanya semacam
ketidakadilan, atau bahkan kejahatan pada umumnya. Akan tetapi, memang tidak
dapat diketahui, yang karena kecanggihannya kejahatan tersebut nyaris selalu
tanpa bukti.
Keempat, mungkin ini kejahatan terselubung yang relatif
paling berdampak. Yaitu kejahatan yang berbau politik dan kekuasaan. Misalnya
digunakannya berbagai bentuk kekerasan untuk tujuan politik. Tetapi anehnya,
terpaksa atau tidak kita sering mengatakannya dalam rangka menjaga stabilitas
nasional, sehingga perbincangan yang berkaitan dengan kekerasan politik selalu
mampu memanipulasi dirinya untuk tidak diketahui masyarakat banyak.
Namun demikian, kejahatan tersembunyi sesungguhnya bukan
semata-mata karena kecanggihan kejahatan itu sendiri. Paling tidak ada dua
sebab mengapa kejahatan itu selalu luput dari deteksi dan pantauan. Pertama,
seperti kejahatan pemerkosaan yang tidak dilaporkan misalnya. Ada suatu nilai budaya
tertentu yang membuat pihak korban lebih takut pada aib jika kasus itu
diketahui oleh masyarakat luas daripada derita yang harus ditanggungnya secara
pribadi.
Letak kelebihan pelaku kejahatan ini diperkirakan mengetahui
kemungkinan psikologis itu. Kemudian secara sengaja atau tidak memanfaatkannya,
karena dipandang lebih aman. Itulah sebabnya, banyak data kejadian perkosaan
yang diperkirakan terselubung itu terjadi secara interen dalam keluarga, mereka
yang saling kenal, atau keadaan yang kondusif karena pelaku kejahatan memahami
seluk beluk korban maupun keadaan/tempat tindakan kejahatan itu dilakukan.
Kedua, berkaitan dengan sistem, struktur, dan birokrasi,
sehingga korban kejahatan merasa tidak ada untungnya jika mempersoalkan
kejahatan yang menimpa dirinya, bahkan merugi. Artinya, persoalan yang akan
diurus dan dihadapi, kadang- kadang tidak sebanding dengan kerugian yang
diderita seseorang. Bermaksud mengurus uang yang kecopetan lima puluh ribu rupiah malah bisa hilang
sejuta rupiah. Itu artinya, sistem, struktur, dan birokrasi yang dibangun
justru berjalan paralel dengan kejahatan terselubung yang selama ini menghantui
kita
Ketiga, demi kepentingan yang lebih besar sehingga berbagai
kasus kejahatan yang mengganggu "stablitas nasional" sedapat mungkin
diredam, disembunyikan, atau memang terselubung, sehingga tidak dapat
dipelajari secara objektif dan terbuka oleh masyarakat banyak.
Persoalannya adalah indikasi apa saja yang memungkinkan
untuk mengetahui bahwa kriminalitas terselubung sesungguhnya secara terus
menerus menteror masyarakat. Hal tersebut dapat diketahui ketika tanpa
disadari atau tidak masyarakat mengalami ketakutan (dalam pengertiannya yang
luas), perasaan penuh prasangka, tidak merasa merdeka dan leluasa sebagai
manusia, terhadap sesuatu yang tidak diketahui secara pasti kekuatan apa yang
sesungguhnya mencengkramnya.
Sebagai akibatnya, jika hal tersebut dibiarkan terus menerus,
tentu saja sangat berdampak bagi; apakah itu pembangunan manusia Indonesia "seutuhnya", atau
pembangunan nasional Indonesia
secara umum. Paling tidak masyarakat Indonesia tidak memiliki keberanian
maksimal mengekspresikan kemampuan yang dimilikinya secara terbuka, karena
mengalami keterbatasan dan ketakutan tertentu apakah itu berhadapan dengan
wacana politik, ekonomi, sosial, dan nilai-nilal budaya.
Persoalan tersebut tentu saja bukan hanya terjadi di Indonesia.
Hampir di semua negara di dunia ini menghadapi problem yang sama dengan kadar
komplikasi yang berbeda sesuai dengan konteks dan kecenderungan negara
bersangkutan. Di Amerika contohnya, secanggih apapun aparat dan teknologi
keamanannya, tetap saja kriminalitas tersembunyi tidak kalah banyaknya dengan
kejahatan yang terungkap.
Ironisnya, semakin canggih aparat dan peralatan anti
kejahatan yang mendukungnya, maka semakin canggih pula jenis kejahatan yang
muncul karena ia selalu mencoba untuk mengatasinya. Dari sini dapat pula
diperhitungkan bahwa kualitas (cara) kejahatan tersembunyi di negara maju
relatif lebih canggih dibanding dengan yang belum maju. Atau katakanlah pula
rata-rata kualitas kejahatan yang terungkap di negara maju juga relatif lebih
baik dibanding di negara yang belum maju. Apakah ini kemudian juga berpengaruh
pada pengembangan analisis teoretik maupun operasionalisasinya di lapangan,
merupakan problem tersendiri.
Namun, yang lebih penting dari itu adalah akibat dan
implikasinya kepada masyarakat yang tentu saja berbeda-beda. Artinya, minimal
perlu pula diperhitung kan
daya tahan masyarakat berhadapan dengan ancaman kejahatan terselubung yang bak
hantu gentayangan merongrong "hati nurani" masyarakatnya pada suatu
proses kriminalisasi. Jika tidak mendapat perhatian serius untuk ditanggulangi
tidak mustahil kejahatan tersembunyi itu menyelusup dalam diri masyarakat
menjadi kriminalisme.
* * *
Lebih jauh, apa yang dapat dikerjakan untuk sedikit banyak
mengatasi atau mengantisipasi kriminalitas terselubung itu. Berangkat dari beberapa
uraian di atas mungkin ada beberapa hal yang dapat dijadikan agenda buat kita
untuk direalisasikan.
Pertama, menumbuhkan kesadaran kritis, rasional, dan
keberanian perlawanan dalam diri masyarakat untuk mempersoalkan hal-hal yang
menghalangi terungkapnya kriminalitas terselubung. Itu artinya, pada tingkat
tertentu masyarakat juga harus memiliki keberanian untuk berhadapan dengan
sistem, struktur, dan birokrasi politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang
mengenkang.
Kedua, hal demikian sekaligus akan membantu tegaknya hukum yang diberlakukan.
Karena pada akhirnya yang menjadi benteng terakhir apakah kejahatan (terselubung)
itu semakin merajalela atau tidak justru ketika bagaimana kita secara keseluruhan
memperlakukan hukum. Kalau hukum sendiri mengalami kooptasi berhadapan dengan
kepentingan dan kekuatan tertentu yang lebih besar, sulit berharap berbagai
bentuk kriminalitas dapat dikurangi.
Ketiga, hal tersebut muskil tercapai jika tidak mendapat
dukungan dari pemerintah. Apakah itu berkaitan dengan kehidupan politik yang
terbuka dan transparan, demokratisasi, serta penghargaan yang tinggi terhadap
hak asasi dan hak rasa aman masyarakat yang sepantasnya dijunjung tinggi,
dilindungi, dan dihormati. * * *
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus